NAPAK TILAS SEJARAH DI MUSEUM KERETA API AMBARAWA

Peron Stasiun Ambarawa

Ambarawa merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Semarang atau Semarang Coret :) yang memiliki pesona tersendiri di industri pariwisata. Sebut saja Rawa Pening, Museum Kereta Api, Kampung Kopi Banaran hingga Goa Bunda Maria Ratu yang tersohor. Namun kali ini saya berkesempatan untuk mengunjungi Museum Kereta Api lagi setelah pengalaman pertama saya berkunjung di tahun 2008 lalu dia acara Herritage Walk. Tanggal 27 Maret 2016 adalah momen jalan-jalan lengkap saya yang pertama setelah memiliki anak. Kami berangkat pukul 07.30 dari rumah dan sampai disana pada pukul 08.30 setelah sebelumnya berhenti beberapa menit untuk sarapan. Suasana parkiran masih lengang begitu pula ketika memasuki area lobby loket untuk membeli karcis. Tiket masuk seharga Rp 10.000,- per orang untuk dewasa, dan gratis untuk anak usia 0-3 tahun. Kami menyusuri lorong di belakang loket menuju area stasiun sambil mengamati papan-papan MMT yang berisikan ilustrasi gambar pemuugaran berbagai stasiun yang ada di Jawa Tengah termasuk stasiun Tuntang dan Kedung Jati (Purwodadi). Di seberang hiruk pikuk pengunjung mulai terlihat terutama area peron yang kami tuju untuk membeli tiket kereta rute Ambarawa-Tuntang. Syukurlah antrian tiket tidak begitu mengular, sehingga kami masih kebagian tiket keberangkatan pertama pada pukul 10.00 WIB.

Usut punya usut kereta wisata Ambarawa-Tuntang ini hanya beroperasi setiap hari minggu dan juga tanggal merah. Dalam setiap operasi ada 3x keberangkatan yaitu pukul 10.00, 12.00, dan 14.00. Selain kereta diesel ada juga kereta uap yang bisa di sewa dengan minimal rombongan yang berisi 20 orang. Harga sewanya pun tak main-main Rp. 10.000.000,- untuk kereta uap karena harga kayu jati untuk bahan bakar saja sudah mahal. Kereta diesel pun ternyata juga bisa disewa lho, kapasitas 1 gerbong kereta diesel adalah 40 orang dengan harga sewa Rp. 5.000.000,-. Rute kereta ada dua Ambarawa-Bedono-Ambarawa (Kereta Uap) dan Ambarawa-Tuntang-Ambarawa (Kereta Diesel). .

Hari itu suasana ramai, maklum hari libur terakhir dari rangkaian liburan panjang  dari Jumat s/d Minggu dan kebetulan ada rombongan dari Fakultas Kedokteran (FK) UNDIP yang menyewa kereta diesel rute Ambarawa-Tuntang-Ambarawa, mereka diberangkatkan pada pukul 09.00. Sembari menunggu kereta membawa rombongan FK kembali untuk keberangkatan pukul 10.00 kami pun mengajak si kecil berkeliling. Si kecil sangat gembira dan bersemangat, saking semangatnya dia tidak mau digandeng. Ya sudah kami-ibu dan ayahnya- mengikuti di belakang. Lambat laun suasana semakin ramai, peron penuh dengan pendatang baru dan antrian tiket mulai mengular kami pun bergerak ke tepian melongok area lokomotif dan mendarat dibawah pohon beringin yang rindang. BDi area ini banyak pengunjung yang berselfi dan welfie ria di area ini apalagi ada tulisan I <3 ambarawa yang bisa jadi tempat ciamik untuk berfoto, saya pun tidak mau ketinggalan untuk berfoto ria disana hihi. Banyak pasangan muda-mudi yang mengambil gambar dari lokasi ini sambil bercengkerama riang. Pukul 10.10 kereta diesel yang membawa rombongan FK UNDIP sudah kembali dengan membawa 2 gerbong tambahan. Pukul 10.15 akhirnya kami para penumpang yang sudah antri membeli tiket bisa merasakan duduk manis di gerbong yang melaju pelan melintasi kawasan pinggiran Ambarawa.


Salah satu Lokomotif Tua

Spot I Love Ambarawa

Gerbong penuh, tak ada tempat duduk kosong yang tersisa. Semilir angin menerpa wajah-wajah riang merasakan pengalaman pertama naik kereta model lama ini. Interior yang khas-dari kayu jati tua-yang masih mengilat menambah syahdu suasana serasa kembali ke jaman dulu, ketika kereta ini ada tuk pertama kali. Jendela-jendela kayu dengan desain sederhana menambah kesan kuno yang magis.

Bagian dalam Kereta Diesel

Kereta melintasi area Rawa Pening yang di penuhi tanaman enceng gondok dan juga teratai beberapa penumpang tampak sibuk mengambil gambar pada perahu yang tertambat di tepian dan ber "ah-oh" ria. Tampak beberapa ekor burung bangau blekok yang terbang di atas area persawahan. Suasana hening dan semilir angin membuat si kecil yang sedari tadi sibuk mulai terlelap di pangkuan, pun ketika kereta sudah sampai di stasiun Tuntang untuk berhenti sebentar tak membuatnya bangun.
Kincir angin

Area Persawahan 

Perahu yang tertambat di area Rawa Pening



Stasiun Tuntang adalah gambaran stasiun tua yang cocok untuk syuting film dengan latar tahun 40 an ketika masih banyak noni-noni Belanda yang berjalan dengan payung kain mereka menanti kekasih hati turun dari gerbong. Sayang area toilet disana tidak terawat sehingga mengurangi daya tarik dari stasiun ini.

Peron Stasiun Tuntang

Secara keseluruhan saya menikmati perjalanan singkat dengan kereta diesel ini, namun jika boleh menambahkan akan lebih menyenangkan bila ada guide yang menjelaskan sejarah dari stasiun Ambarawa-Tuntang serta kereta yang membawa kami semua selama perjalanan. Selain menambah wawasan, suasana hangat pun akan terbangun dalam napak tilas singkat yang sarat akan makna tersebut. Selamat berlibur dan mencicipi syahdunya derak roda yang beradu dengan rel di pinggiran Ambarawa :D.

8 comments for "NAPAK TILAS SEJARAH DI MUSEUM KERETA API AMBARAWA"

  1. Baru sering lewat tungtang itu pake mobil belum pernah nyoba pakai kereta

    ReplyDelete
  2. Aku belum pernah nyobain..., lewat doang hiks..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak ati-ati tar kebawa mimpi lho hehhehe gek ndang nyobain :D

      Delete
  3. Aku pernah naik kereta itu saat si sulung piknik bareng sekolah TK dulu. Wuiiih, berapa tahun itu ya, 17 tahun yang lalu kayaknya, hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah dah lama banget ya mbak..aq pertama kali naik ya th 2008 itu..Naik yang uap karena gratisan pas jd panitia Herritage Walk hehhehe, kalo gitu kayaknya perlu klinong-klinong lagi mbak wati biar ingatannya kembali segar :D

      Delete
  4. aku pengen ke sini belum kesampaian mba :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Harus diluangkan waktu kesini mbak nyi..naik kereta diesel ambarawa tuntang asik lho :)

      Delete

Post a Comment