Guyub bersama Megono
Jika ditanya pernah makan megono apa jawaban kalian? kalau aku sih yes hehehe. Tapi megono yang kumaksud di sini bukan megono makanan khas pekalongan yang konon digunakan sebagai sesaji bagi Dewi Sri atau Dewi Kemakmuran pada mulanya agar panen melimpah dan rakyat hidup makmur lho. Meskipun aku juga sudah pernah makan megono khas pekalongan yang berbahan dasar Gori (Nangka Muda) yang dicacah hingga lembut dan dibumbui parutan kelapa muda itu.
Lalu megono yang mana dong kalau bukan yang itu? Ada deh...gak ding becanda. Jadi di daerah asalku ada sebuah makanan tradisional yang bernama nasi megono juga. Tapi baik isi maupun tampilannya sangat jauh berbeda dengan megono yang ada di Pekalongan. Penasaran nggak sama perbedaan megono di tempatku sama megono khas pekalongan? yakin penasaran? yuk sini aku ceritain.
Jadi megono di Pekalongan itu kan bahan dasarnya gori (atau nangka muda) nah kalau di tempatku megononya terdiri dari nasi yang dicampur dengan sayuran dan dibumbui dengan parutan kelapa muda yang sudah dicampur dengan bumbu yang dihaluskan serta teri nasi lalu dikukus bersama. Kemudian nasi megono ini akan dihidangkan bersama aneka lauk seperti tahu,tempe, telur dan gereh. Rasanya? uenake pool...nggak percaya? cobain deh pasti bakalan ketagihan serius nggak bohong! Nasi megono di tempatku ini mirip sama nasi megono di daerah Wonosobo kalau tidak salah. Ini penampakannya..
Meskipun penampakannya sederhana tapi jangan ditanya soal rasanya..JUARA!! Nasi megono ini adalah hidangan wajib saat ada orang yang punya hajatan atau gotong royong seperti bangun rumah karena biasanya seluruh warga akan membantu sehingga proses bangun rumah terutama pasang atap dan genting jadi lebih cepat selesai. Lalu saat ada acara tedhak siten (dundunan) alias upacara turun tanah saat anak berusia 7 atau 8 bulan untuk belajar berjalan. Selain itu saat ada anak yang berulang tahun atau wetonnya jatuh biasanya akan dibuatkan nasi megono ini yang dibagi ke tetangga sebagai wujud syukur karena si anak masih diberikan panjang umur dan keselamatan.
Intinya si sebagai perwujudan rasa syukur ya atas berkat yang diterima sehingga segala kegiatan yang dilakukan pun lancar tanpa suatu halangan. Sebenernya yang bikin makan nasi megono terasa enak itu ya karena kebersamaannya. Kenikmatan yang tercipta tak kan bisa dibandingkan saat menyantapnya sendiri.
Saat bangun rumah beberapa tahun silam aku pun menghidangkan nasi megono lengkap dengan ingkung ayam biar pak tukang makin semangat kerjanya. Soalnya mereka pasti kangen rumah dna keluarga juga dan makan nasi megono khas rumah bisa jadi salah satu cara mengobati rindu mereka. Aku dan asisten rumah tanggaku memasak hidangan ini sendiri dan alhamdulillah tandas tak bersisa. Seneng kalau sesuatu yang kita masak bisa disantap sampai habis, menghargai yang masak juga ehehehe.
Oiya buat teman-teman yang penasaran dengan resep nasi megono sini aku kasih tau. Biar kalian bisa ngerasain salah satu kuliner Indonesia kesukaanku ya.
Bahan:
Nasi
Daun Kacang Panjang
Kol
Kacang Panjang
Kluwih (optional)
teri nasi (optional)
Bumbu:
Cabe sesuai selera
Kencur 1/2 ruas jari
Bawang putih 3
Bawang merah 3
Kelapa muda parut
Gula jawa
Garam
Semua bahan dikukus dulu baru dihaluskan biar mudah ngulegnya (koentji nguleg lebih gampang)
Cara Membuat:
1. Tumis bumbu sampai harum dan lalu masukkan sayuran sampai layu dan matang.
2. Siapkan dandang utuk mengukus.
3. Masukkan nasi di lapisan pertama, lalu tumpuk dengan sayuran beri nasi lagi atasnya sampai nasi dan sayur habis
4. Kukus selama 30menit.
5. Jika sudah matang campur nasi dan sayuran jadi satu dan siap dihidangkan.
6. Bisa ditambahkan tempe/tahu goreng atau telur dadar dan ikan asin
Nah itu dia resep nasi megono khas daerahku ya teman-teman silakan dicoba.
Aku sendiri berharap makanan ini akan tetap ada meski banyak bermunculan aneka jenis makanan baru. Apalagi punya filosofi yang bagus untuk mempererat silaturahmi dan wujud rasa syukur. Kalau kalian punya makanan khas Indonesia yang nggak disukai? feel free to share ya...
wuaaaa, nasi megono , aku jadi pingin nyoba, beli aja aah biar ga repot. Disemarang ada yang jual ga?
ReplyDeleteIni resepnya simpel, tapi hasilnya dahsyaaatt ya mba
ReplyDeletesuedeppp iki.
aku pengin bikin/re-cook ah kapan2
Waduh pagi-pagi baca beginian jadi ngiler, Mbak Dani. Aku kangen megono Pekalongan juga mupeng megono khas daerah Mbak. Jadi itu semacam signature dish gitu ya hehe. Ngangenin banaget makan bareng pas bangun rumah. Di tempatku biasanya pke bubur sama nasi urap, kegiatannya krayah. makan bareng jadi enak.
ReplyDeleteAku belum pernah makan nasi megono. Harus dicampur gitu ya kalau makan? Di tempatku paling nasi sama urap sih. Ibuku kalau buat selametan kecil-kecilan ya pakai itu
ReplyDeleteMenikmati masakan tradisional itu memang jadi enak dan nikmat banget ya Mba, apalagi ada unsur nilai sejarah dan filosofinya..
ReplyDeleteWah, kalau masakan tradisional memang enak. Bungkus donk kak, buat aku di Bukittinggi, Sumatera Barat
ReplyDeletebaru baca megono, kirain nama bapak2 jawa, hehe. mana enak dg nasi padang? tergantung lidah pastinya.
ReplyDeletesaya baru tahu ada makanan tradisional namanya nasi megono. kebayang nikmatnya apalagi kalo dimakannya rame-rame ya mba
ReplyDeleteJadi pingin coba sego megono Kendal nampak lebih enak dibanding sego megono Pekalongan
ReplyDeleteEniwei apa artinya megono ya?
Megono yang enak persis di pojokan dari alun2 pekalongan, pas pagi2 kami makan pagi di sana dan enak. oo beda ya megono kendal dan pekalongan, hahahahaha.
ReplyDeleteWah resepnya,
ReplyDeleteBisa ni dicoba ibu ibu pas masa pandemi,
Buat masakan yang Lezat 💃
Ini sushi Jawa yaa...Megono namanya.
ReplyDeleteEnak dan kumplit dalam satu bungkus makan.
Akhirnya bisa kelar juga baca blogpostnya kak. Emang ya sensasi makan bareng-bareng beda sama makan sendiri-sendiri. Apalagi udah budaya di masyarakat kita gotong royong.. tambah seru kalo gotong royong abisin makanan, eh hehe
ReplyDeleteSaya belum pernah coba megono ini, Mbak. baik yang khas Pekalongan atau nasi megono. Tapi dari cerita Mbak Dani, enak nih. Coba nanti saya cari sekitar Depok. Penasaran nih. Sudah membayangkan, apalagi saya mampir ke sini pas menjelang makan siang hahaha.
ReplyDelete