BAN(K)G SAMPAH

Pagi itu mendung, semendung hatiku yang sedang kecewa berat karena berita yang ku terima. Proposal Project pengelolaan sampahku yang kuajukan ke kampus ditolak mentah-mentah oleh dosen pembimbingku, betapa menyakitkan. Padahal aku sudah membayangkan banyak hal dan juga produk yang akan dihasilkan dari proyek ini. Sayang sekali...

credit to google

Aku termangu menatap jendela kamarku saat hujan rintik mulai turun, menguarkan bau tanah ke udara saat air menimpa permukaannya. Ku hela nafas seraya berkata dalam hati “Jeda” . Ya, sepertinya aku butuh jeda dari semua kepenatan ini, aku butuh pergi. Kuraih ponselku dari tempat tidur dan ku tekan nomor yang sudah ku hafal di luar kepala.

"Ma, Alya minta ijin mau menyepi sebentar ya mumpung kuliah lagi libur" pintaku dengan lembut 

“Terserah kamu Nak, mama cuma pesen jaga diri baik-baik dan jadilah orang yang bermanfaat dimanapun kamu berada” 

“Siap Jendral” sahutku riang. 

Pagi itu aku bergegas mengepak beberapa baju ke dalam ransel kesayanganku, mandi lalu sarapan setangkup roti terakhir di kamar sembari memesan ojek online menuju pool bus. Perjalanan kali ini akan panjang, tapi aku yakin semua akan indah pada waktunya.

********************************************************************************

“Jombor - Kota Jombor - Kota turun sini” teriakan kondektur menyadarkan tidur panjangku. 

“Hmmm” aku mengerjapkan mata seraya dengan enggan menggeser posisi duduk untuk berdiri, menuju antrean panjang penumpang yang akan turun. 

Aku berjalan menyeberangi flyover menuju halte bus yang akan membawaku ke pusat kota. Bus yang kutunggu akhirnya datang juga. Aku melangkah masuk, turun di halte sorowajan dan mulai mengeluarkan ponsel untuk memesan ojek onlen untuk meneruskan perjalanan ke rumah tanteku di Bantul. 

Halaman lengang ketika aku sampai di rumah tanteku, tak kulihat sosok yang kucari. Mungkin dia sedang keliling mengambil sampah. Aku berjalan menghampiri gazebo, melepas lelah sambil mengamati puluhan botol berisi cairan kuning kecoklatan dan tumpukan sampah yang menggunung di samping garasi. 

ilustrasi


ilustrasi
Mas Abid, sepupuku sudah 2 tahun ini gencar mengumpulkan sampah plastik dan kertas serta memberikan pendampingan pada masyarakat di sekitar rumah dalam pengolahan limbah rumah tangga untuk diolah menjadi pupuk dan juga Pengelolaan Bank Sampah. Sampai-sampai dia dijuluki Ban(k)g sampah oleh penduduk sini :). 

Bank Sampah disini sudah cukup maju karena bisa membiayai pendidikan anak-anak dari keluarga tidak mampu. Keren deh masku yang satu ini.. Tiba-tiba lamunanku terganggu. 

“Lho Al, kapan datang? Kok nggak ngabarin tahu gitu kan bisa mas jemput tadi” cerocos mas Abid sambil menepuk pundakku .

“Hehehe kan mau kasih kejutan makanya nggak bilang-bilang” timpalku saraya nyengir. 

“Ayo masuk maaf habis keliling tadi” 

“Dapet banyak nggak mas?” tanyaku penasaran. 

“Lumayan, nanti ibu juga pas pulang bawain tambahan dari kantornya” 

“Oh iya di kantor tante pasti banyak ya mas kan nyetak tiap hari” 

“Iyo” jawab mas Abid sambil mencuci tangannya di bak cuci piring. 

“Eh yuk makan dulu, pasti kamu laper to “ ajak Mas Abid sambil mengambilkan piring untukku.

“Hehehehee, mas Abid tau aja kalau aku laper” jawabku sambil cengengesan.

Kami pun makan seraya ngobrol ngalor ngidul dan jadi ketahuan deh kenapa tiba-tiba aku dating ke Jogja tanpa pemberitahuan. Akhirnya kutumpahkan seluruh uneg-unegku tentang proyek pengelolaan sampahku yang ditolak mentah-mentah itu. Mas Abid mendengarkan dengan seksama keluh kesahku sampai akhirnya. 

“Oh, dadi ngono tho, yawes nanti kita bahas bareng sambil kamu liburan disini..nanti kita cari formula lagi biar proyekmu lolos” tandas Mas Abid. 

“Okelah” jawabku masih ogah-ogahan. 

“Wes tho rasah manyun wae, tenang…” goda Mas Abiid sambil nowel hidungku dan memainkan alisnya.

Aku pun tertawa dibuatnya.

Hari-hari berlalu dengan cepat, selama di Jogja aku membantu Mas Abid mengumpulkan sampah dan memberikan penyuluhan tentang pengelolaan sampah juga pembuatan pupuk cair pada penduduk setempat dan juga penduduk tetangga. Tak terasa sudah seminggu aku di Jogja, melakukan banyak hal positif.
ilustrasi
Ilustrasi

Aku diajak menjual kertas serta kardus bekas yang kami kumpulkan pada para pengepul, uangnya dimasukkan ke kas untuk biaya pendidikan anak-anak yang kurang mampu. Oiya, keluarga yang tidak mampu tersebut juga punya buku tabungan lho, jadi tabuangan akan bertambah jika mereka membawa sampah yang nantinya akan dijual dan jadi saldo tabungan mereka. Dari sana aku belajar banyak hal dan mulai menyusun strategi untuk memperbaiki proposal projectku. Aku optimis kali ini akan berhasil. 

Sampah, siap-siap aku olah ya!!! mantapku dalam hati.