Meraih Pekerjaan Impian Masa Kecil

Pernah punya pekerjaan impian saat masih kecil? Aku punya dong...dulu aku pengen bisa bekerja di bidang pariwisata jadi seorang tour guide yang bisa melanglang buana kemana saja dan bertemu orang baru tapi juga dapet duit. Kelihatnnya enak ya... makanya sejak SMP aku sudah jatuh cinta dengan bahasa inggris karena pengen jadi tour guide ketemu bule setiap saat dan akhirnya dikabulin sama Allah beneran kuliah di jurusan sastra inggris. Thanks Allah...

Tapi impian untuk jadi seorang tour guide tak semulus jalan tol marisol nggak serta merta bisa ditaklukkan. Kesempatan untuk jadi seorang tour guide itu akhirnya aku rasakan pada bulan Oktober 2009, hanya beberapa minggu menjelang hari wisudaku. Ini semua bisa jadi kenyataan karena aku bergabung dengan sebuah NGO (Non Government Organization) di Semarang yang bernama Dejavato. 

Dejavato adalah sebuah NGO (Non Government Organization) yang banyak menjalin kerjasama dengan beberapa negara di Eropa, Asia dan juga Australia dengan mengadakan beberapa kegiatan yang bersifat pengabdian pada masyarakat yang dibagi dalam beberapa kategori. Ada short term berkisar antara beberapa hari-minggu, mid term berkisar antara 1-3 bulan dan long term biasanya sekitar 6 bulan sampai setahun.



Awalnya aku cuma ikut salah satu kegiatan Summer Camp (short term) yang diadakan Dejavato di desa Kemudo daerah Kalasan Yogyakarta selama 2 minggu  pada pertengahan Agustus 2009 dengan membayar Rp 370.000 untuk biaya akomodasi selama di sana. Aku menjadi salah satu peserta dari total 14 orang yang berasal dari 5 negara 1 orang dari Spanyol 3 orang dari Jepang 1 orang Perancis 4 orang Korea Selatan dan 5 orang Indonesia. Kami membantu melakukan pemugaran Candi Plaosan yang rusak pasca gempa 2006 dan juga mengajar di SD. Kami membantu membersihkan lumut dan juga mengangkut batu Candi yang hendak ditata lagi.

Kami juga ikut memeriahkan kegiatan lomba 17 Agustus tahun 2009 dan juga kegiatan nyadran yang merupakan ritual khas sebelum bulan Ramadan. Kami juga menikmati pentas Ramayana ballet secara langsung di teater Candi Prambanan yaitu sebuah pertunjukan tari yang bercerita tentang tokoh-tokoh pewayangan. Di tengah semilir angin malam kami menikmati pertunjukan tersebut. Di lain waktu kami juga melakukan cooking exchange di mana peserta dari setiap negara harus membuat masakan khas untuk disajikan tim Spanyol dan Perancis membuat pancake kemudian tim Korea membuat bulgogi dan juga kimbab tim Jepang membuat sushi okonomiyaki dan juga memasak beras yang hanya butuh diseduh saja sedangkan kami Tim Indonesia membuat es kelapa muda dan juga pisang goreng.

Selama dua Minggu Kami hidup bersama dalam satu rumah. Kami benar-benar merasa seperti sebuah keluarga bahkan kami juga membuat sebuah family tree yang terdiri dari ayah, ibu, mertua, anak, menantu yang super lengkap dan terasa nyata hingga hari terakhir kegiatan ini. Setiap malam kami akan  melakukan permainan yang berbeda dan seru. Saat harus berpisah kami semua merasa sangat emosional karena kami sudah merasa terikat yang membuat air mata bercucuran ketika harus mengucap salam perpisahan. 

Meskipun begitu sebuah kenangan manis terukir di bulan Agustus 2009 masih teringat jelas. Bahkan ada dua orang leader kami sampai ikut liburan ke Bromo dengan 2 orang tim Korea. Sungguh sebuah masa yang indah untuk dikenang yang yang merupakan permata pengalamanku yang pertama tinggal bersama para bule makin mengobarkan semangat ku untuk bisa traveling ke berbagai tempat dan bertemu orang-orang baru.

Tak berapa lama mimpiku untuk menjadi tour guide terwujud, 2 bulan setelah aku lulus sidang S1 aku tiba-tiba ditelepon Dejavato dan diminta untuk menjadi salah satu leader dalam kegiatan yang bernama Bangun Warastra. Ini adalah sebuah kegiatan yang mengenalkan budaya Indonesia lewat perjalanan ke berbagai tempat di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Bali.


Pucuk dicinta ulam pun tiba aku menerima tawaran itu dan petualanganku dimulai pada tanggal 5 Oktober 2009. Berbekal briefing singkat sehari sebelumnya aku mulai menjemput peserta Bangun Warastra di bandara Ahmad Yani Semarang. Saat itu ada hal lucu yang terjadi jadi dari kantor Dejavato menginfokan bahwa pesertanya adalah 2 orang laki-laki dan 1 perempuan yang bernama Toni, Simon dan Gemma. 

Peserta pertama yang kujemput bernama Toni yang tak kunjung ku temukan hingga seorang gadis cantik bermata biru datang menghampiriku. Dia tersenyum manis padaku dan bilang "Hi  I am Toni" aku pun tercengang dan serta merta membalas "Are you Toni?" dan dia berkata "Yes I am" lalu seketika aku pun tertawa dan Toni terlihat bingung.

Toni tanya lagi "What happen, is there  something wrong?" -- "Well I think Dejavato got wrong information about you because they said that you are a guy but actually you're not" jawabku sambil tertawa. Akhirnya Toni pun ikut ketawa ngakak dan dia menjelaskan bahwa nama Toni dengan akhiran "i" adalah nama untuk perempuan sedangkan Tony dengan huruf belakang "y" adalah nama untuk laki-laki. Aku baru tahu tentang hal ini setelah dijelaskan oleh Toni. Lalu 2 peserta yang lain yaitu Gemma dan Simon langsung menuju rumah tempat kami tinggal selama seminggu pertama karena pesawat mereka delayed.


Seminggu pertama kami habiskan di Rumah Pakdhe Mul untuk belajar tentang kebiasaan masyarakat terutama di Jawa Tengah dan sekitarnya karena kamiakan mengunjungi berbagai tempat di Jawa Tengah. Kami juga melakukan cooking exchange, mencoba pakaian adat Indonesia dan berbelanja ke pasar. Terus pulangnya naik delman yang seru abis dan 3 orang berkebangsaan Inggris itu juga bahagia. Lalu perjalanan pun dimulai, destinasi pertama adalah Dieng. Jujur aku sempet nervous karena itu juga kali pertamaku pergi ke Dieng naik transportasi umum sambil bawa rombongan bule. Tapi sebagai seorang leader harus stay cool dong jangan panik apalagi mau piknik hehehe.



Di tahun 2009 ini merupakan cikal bakal atau awal mula sunrise tour di puncak Sikunir yang melegenda hingga sekarang. Kalau diingat-ingat lagi ada begitu banyak hal indah dan lucu yang terjadi selama perjalanan kami. Tapi kalau mau ditulisin semua pasti bakalan panjang banget dan kalian yang baca juga bakalan boring. 

Intinya sih aku bersyukur dengan semua hal yang sudah terjadi di hidupku. Semua mimpi, perjalanan meraih mimpi, rintangan dan usaha yang menyertainya adalah hal-hal berharga yang membuatku kuat dan berkembang seperti sekarang. Jadi teman-teman jangan takut bermimpi dan mencoba meraihnya. Jika dalam prosesnya kalian jatuh jangan ragu untuk bangkit lagi dan jika pada akhirnya mimpi itu tidak bisa terwujud mungkin kamu ditakdirkan untuk peran yang lebih baik. So, mau berbagi cerita tentang dream job kalian? feel free to share ya :)

1 comment for "Meraih Pekerjaan Impian Masa Kecil"

  1. Salah satu NGO yg seringkali aku kenalin ke mahasiswa adalah dejavato ini. Kegiatannya cukup seru menurutku. Di unissula dulu aku ada nyeponsori mahasiswa ikutan kegiatan dejavato terutama dr fakuktas non bahasa inggris biar mereka belajar bahasa inggris juga. Alhamdhulilah ada yg sampe ikit camp ke vietnam juga. Seru ya

    ReplyDelete

Post a Comment