Batik Warisan Budaya Sarat Makna

Apa yang terbersit di pikiran kalian jika mendengar kata batik? Kain indah penuh corak yang magis, para pembatik dan canting mereka, atau malam (lilin) yang mengepul diatas tungku? Pasti ada banyak pikiran yang berkelebat di kepala ya kalau bicara soal batik, mulai dari proses pembuatannya, nilai filosofi yang terkandung di dalamnya sampai hasil akhirnya.


Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan untuk belajar lebih dalam mengenai sejarah batik dan juga proses pembuatan batik bersama Bapak Muhammad Sartono yang merupakan ketua Yayasan Sahabat Budaya Indonesia yang sudah melanglang ke berbagai penjuru dunia untuk mengenalkan batik. Sapaan akrab beliau adalah Pak Tono, yang ternyata masih saudaraan dengan istri Boss saya. Jadi tanggal 17 Januari 2020 Pak Tono mengisi workshop membatik untuk ibu-ibu Dharma Wanita Fakultas Teknik di kantor saya dan hari berikutnya membuka kelas privat membatik di Cafe Bu Boss di Ungaran, saya pun bergabung.



Pak Tono menjelaskan bahwa Batik dipercaya sebagai sebuah ritual magis (batin) yang dijalani oleh Raja Jawa zaman dulu dan menghasilkan karya seni dalam bentuk motif-motif penuh simbol hasil meditasi sesuai keadaan. 



Beliau juga menambahkan berdasarkan penelitian yang dilakukan para sejarawan batik dalam Tradisi Jawa merupakan laku meditasi ritual, tidak hanya sekedar karya seni tapi juga sebagai siklus kehidupan orang Jawa yang memiliki makna ritual, dipakai dalam upacara tradisi, keseharian serta saat berkabung dan suka cita. Setiap Batik terutama Kraton mempunyai nilai filosofi yang tinggi, motif batik Kraton juga menandai status seseorang. Wow keren ya....dalam selembar kain ada banyak hal yang bisa kita ketahui, Bangsa Indonesia memang kaya akan budaya.

Sejarah Batik Jawa

Kata batik berasal dari gabuangan dua kata bahasa Jawa yaitu 'amba' yang bermakna menulis dan 'titik' yang juga bermakna titik. Maskipun kata batik berasal dari bahasa Jawa, asal muasal kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. Ada beberapa pendapat tentang munculnya batik di Jawa, salah satunya dari G.P Rouffaer yang berpendapat bahwa teknik membatik kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7 mengingat relief orang membatik sudah dipahatkan di Candi Borobudur di abad ke-8. 

Pendapat lain berasal dari J.L.A. Brandes, seorang arkeolog asal Belanda dan juga F.A. Sutjipto, sejarawan Indonesia yang percaya bahwa tradisi membatik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera dan Papua sebagai wilayah yang tidak dipengaruhi oleh tradisi Hindu namun diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.

G.P Rouffaer juga melaporkan penemuannya terkait pola gringsing yang sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola tersebut hanya bisa dihasilkan oleh canting sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Bukti lain yang menguatkan adalah ditemukannya detail ukiran kain menyerupai pola batik yang dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan Buddhis di Jawa Timur abad ke-13. 

Detail motif menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang masih ditemukan hingga kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit hanya dapat dibuat dengan canting dan menguatkan pendapat bahwa batik telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau lebih awal.

Ngomongin sejarah itu memang nggak ada habisnya ya, makin lama makin menarik apalagi soal batik. Saya mendengarkan dengan khidmat penjelasan Pak Tono takjub dengan berbagai motif yang dipaparkan beliau, menyentuh langsung kain tersebut dan mengamati polanya. Beliau pun kembali menuturkan tentang masa kejayaan batik seperti yang dijelaskan dalam literatur Eropa yaitu teknik batik yang diceritakan dalam buku history of java, London, 1817 karya Sir Thomas Stamford Raffles yang pernah menjadi Gubernur Inggris di jawa semasa Napoleon menduduki Belanda.

Pada tahun 1873 seorang saudagar Belanda, Van Rijekevorsel memberikan selembar kain batik yang dibawa dari Indonesia saat berkunjung ke Museum Etnik Rotterdam di awal abad ke-19. Kain batik tersebut dipamerkan di Exposition Universelle di paris pada tahun 1900 dan berhasil memukau publik serta seniman disana.

dok pri
Kemudian Batik Indonesia semakin mendunia setelah mendapat pengakuan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau kita kenal sebagai Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB yang menetapkan Batik Indonesia sebagai warisan pusaka dunia pada tanggal 2 Oktober 2009 dan menjadi tonggak sejarah eksistensi batik di dunia internasional yang ternyata sudah hadir di bumi Nusantara dalam rentang waktu yang sangat panjang. Untuk itu tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional.

Mendengarkan penjelasan Pak Tono yang mengalir saya serasa diajak menyusuri Jawa Kuno lewat mesin waktu pengetahuan sejarah. Maklum saya senang mempelajari dan membaca soal sejarah apalagi saya juga menyukai batik dan mengagumi setiap motif yang dihasilkan.


Bicara soal tradisi membatik, ini merupakan siklus yang sudah terbentuk dalam kehidupan orang Jawa yang merupakan tradisi turun temurun dari masyarakat Jawa. Di tatanan masyarakat Jawa Kuno suatu motif bisa dikenali sebagai motif batik keluarga tertentu. Seperti yang sudah dijelaskan di awal, beberapa motif dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini beberapa motif tradisional hanya dipakai oleh keluarga Keraton Yogyakarta dan Surakarta karena batik menunjukkan status seseorang apakah dia Raja, Putri Raja, Pengawal Raja atau masyarakat biasa. Karena adanya batasan motif batik akhirnya daerah pesisir seperti Cirebon, Pekalongan, Lasem menciptakan motif sendiri yang sudah dipengaruhi berbagai aspek budaya Cina, Arab, India dan juga Belanda.

contoh batik pesisir dok. pri

Kemudian sejak industrialisasi dan globalisasi yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul yang dikenal sebagai batik cap dan batik cetak. Sedangkan batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Perbedaan teknik pembuatan batik ini juga yang membedakan harga dari masing-masing batik. Batik tulis memiliki harga yang paling mahal, semakin rumit motif yang dihasilkan maka semakin tinggi pula harganya. Berbeda dengan batik cap atau print/cetak yang harganya lebih murah karena sudah mengunakan mesin sehingga berbiaya rendah.

Oiya berikut ini adalah motif batik yang tak lekang oleh waktu dan biasa dipakai dalam acara-acara besar seperti pernikahan, saat berkabung, naik pangkat atau pertemuan besar juga keseharian yang memiliki filosofi mendalam.

1. Motif Udan Liris
Pernah dengar tentang batik Udan Liris? Motif batik ini tergolong cantik perpaduan corak garis, motif setengah kawung, banji sawat dan juga untu walang yang sarat makna. Ternyata motif ini diciptakan oleh Raja Pakubuwono III yang terinspirasi suasana saat sedang melakukan ritual laku teteki yaitu ritual ibadah yang dijalani dengan kungkum/berendam di sungai Premulung. 

credit by google

Nah pada saat menjalankan ritual tersebut turunlah hujan gerimis dan angin bertiup yang mengilhami lahirnya motif Udan Liris. Motif Udan Liris ini memiliki filosofi ketabahan dalam menjalani segala ujian hidup, apapun kondisinya. Tidak boleh mengeluh dan menyerah tapi harus dihadapi dan diselesaikan apaapun rintangannya. Wah ternyata dalam sekali ya makna dari batik Udan Liris ini.

2. Motif Sida Luhur
Motif ini biasanya menjadi motif kain yang dipakai para pengantin putri pada malam pengantin mereka di Keraton Surakarta. Batik motif Sido Luhur ini memiliki filosofi Keluhuran. Keluhuran ini meliputi dua aspek yaitu aspek materi dan non materi, untuk aspek materi artinya segala kebutuhan ragawi bisa tercukupi dengan bekerja keras sesuai, pangkat, dan profesinya.

motif sida luhur dok. pri

Sementara keluhuran non materi meliputi keluhuran budi, ucapan serta tindakan. Orang Jawa diharapkan hidupnya mampu mencapai hidup yang penuh dengan keluhuran. Motif Sido Luhur ini juga memiliki filosofi harapan untuk mencapai kedudukan yang tinggi (yang lebih baik) dan berguna bagi masyarakat.

Motif batik Sido Luhur biasanya digunakan pada saat proses mitoni, yang memiliki makna dan harapan agar bayi yang dilahirkan tumbuh menjadi pribadi berbudi pekerti luhur dan sopan santun yang berguna bagi orang-orang di sekitarnya.

3. Motif Gurda(Garuda) Sayap latar Bunga Truntum
Motif ini adalah perlambang kehidupan dan juga kejantanan dalam filosofi Jawa. Terdiri dari dua sayap besar di kanan dan kiri kemudian ada badan dan ekor di bagian tengah, motif Gurda/Garuda ini biasa dipakai bagi para mempelai (pengantin) dengan harapan agar kehidupan manusia terus berlanjut. 

motif garuda truntum dok. pri

Bunga Truntum sendiri merupkaan motif yang diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Paku Buwono III) yang disebut sebagai simbol cinta. Bunga Truntum perlambang dari cinta yang bersemi kembali, tulus tanpa syarat , abadi dan semakin lama semakin subur berkembang (tumaruntum).

4. Motif Monggo dan Pisan Bali 
Ada yang berpendapat motif ini sebagai Pisang Bali namun ada juga yang menyebutnya Pisan Bali. Budayawan Hardjonagoro mengatakan bahwa makna pola pada motif batik Pisan Bali ini memiliki kesamaan dengan Gendhing Kehormatan yang juga disebut dengan Pisan Bali. 


motif pisan bali dok. pri

Pola batik Pisan Bali sendiri terdiri dari dua suku kata yang memiliki arti Pisan (satu kali) dan Bali (lagi). Jadi motif Pisan Bali ini bisa diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan seklai dan diulang lagi berkali-kali makanya membentuk gambar buah pisang/daun pisang yang berjuntai-juntai. Lalu apa sebenarnya yang dilakukan sekali dan berkali-kali? Itu adalah rapalan doa keselamatan dan kedamaian yang tertuang indah dalam rangkaian nada gending Pisan Bali maupun motif batik yang bernama sama tersebut. Motif batik ini memiliki harapan agar bisa melindungi pemakainya karena motifnya perwujudan untuk tolak bala.

5. Motif Slobok/Slobong
Motif Slobok biasa dipakai saat ada momen berkabung yang memiliki filosofi agar perjalanan arwah di alam baka longgar dan mulus atau dimudahkan. Batik slobok sendiri memiliki bentuk motif geometris, berbentuk kotak-kotak yang salah satu sisi dipisahakan oleh garis yang dikelilingi 6 noktah/titik.

motif slobong dok. pri

Sebenarnya masih banyak motif batik yang bisa dibahas mungkin lain kali ya... Nah itu dia sedikit info tentang Batik yang semoga dapat menambah wawasan kita semua dan semakin mencintai budaya Indonesia. 

23 comments for "Batik Warisan Budaya Sarat Makna"

  1. Lihat batik motof sida luhur teringat mbahku. Inget banget aku beliau punya jarik motif begitu. Dan mbahku jaman masih sehat tiap hari pakai jarik+kebaya meski di rumah aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, batik motif sidaluhur itu persis batik yang dipakai nenekku juga, ketika akad nikah pamanku. Dulu aku nggak tahu maknanya, tapi melihat nenekku memakai itu, aku seperti menggumam, "Wow..hari ini nenekku tidak kelihatan seperti biasanya.."

      Delete
  2. Waah belajar banyak ni. Masih PR banget buat lebih mengenal batik. Mbak, pernah ke museum batik di Pekalongan? Disitu banyak motif2 batik yg jarang kita lihat. Menyenangkan deh liatnya 😁

    ReplyDelete
  3. menarik banget ya tentang batik ini, karena setiap motif punya makna dalam ya, ah, jadi kangen beraktivitas di luar kayak gini yang positif huhuhu soalnya di rumah nggak punya alatnya hehehe

    ReplyDelete
  4. saya pernah belajar memabtik terlihta mudah ternyata membatik sangat susah, aplagi kena lilinnya panas dn kalau tdk hati-hati dn pelan-pelan bisa mlember. batik memang penuh filosofi dn makna tiap motifnya

    ReplyDelete
  5. Mbaaa...gambarnya bagus euy..bunga2 cantik. Aku bljar mbatik gak susaaah..haha.. Lihat motif2 itu ingat kain Simbah dan ibuk di rumah..

    ReplyDelete
  6. Dari kelima motif di atas, aku punya yang Batik Sidoluhur dan ibu mertua yang ngasih sebagai hantaran. Aku pakai waktu malam midodareni, dan waktu ada tetangga meninggal, aku pinjamkan kain itu.

    Batik pesisir suka banget karena warnanya yang ngejreng, dijadikan gamis atau tunik pun kece

    ReplyDelete
  7. Suka banget sama batik dan kain2 Indonesia lainnya. Selain maknanya dalem, morid dan warnanya tu cantik2. Sukak banget ngampus pake batik somehow menimbulkan semangat kerja buatku

    ReplyDelete
  8. Senang banget bisa ikutan workshop batik dengan ahlinya ya Dan, aku suka warna dan motif batik pesisir yang cerah..

    ReplyDelete
  9. Seru ya mb ngomongin batik..aku jg suka batik..Kusuka yg motif Garuda tuh mb..

    ReplyDelete
  10. I do love Batik �� apalagi di tiap motifnya filosofis banget.

    Kalau ngomongin motif Batik aku keinget Tlogosari, yang nama gang-nya pakai nama batik.

    ReplyDelete
  11. Menyenangkan banget sebenernya ngulik sejarah ttg batik ini, apalagi sambil jalan2 dan praktek ngebatik makin lengkap experiencenya ya Mba Dan... Ini salah satu bentuk wisata edukasi yg aku suka

    ReplyDelete
  12. Penuh filosofi ya motif batik yang dibuat sejak jaman dulu itu. Rada repot juga ya misal kita menggunakan motif batik yang tidak sesuai dengan situasinya, misal batik untuk berkabung malah dipakai untuk acara pesta. Jadi harus tau nih makna yang terkandung di balik motif batik tersebut.

    ReplyDelete
  13. mbak kapan-kapan main ke daerahku mbak.. lampung... nanti aku ceritakan kenapa semua motif batik lampung selalu ada gajah sama sigernya....hihihi

    ReplyDelete
  14. Wah batik memang Punya daya tarik tersendiri. Bikin batik pun nggak main2.. pernah nyoba sekali bikin batik tulis. Ternyata nggak mudah. Pantas saja harganya selangit.. sesuai dengan proses bikinnya.

    ReplyDelete
  15. Aku paling suka motif kawung. Tapi gara-gara temenku jualan batik klasik aku jadi suka motif gringsing, motifnya beda sama batik-batik yang lain

    ReplyDelete
  16. Aku suka banget sama batik bahkan koleksi beberapa kain batik dari beberapa daerah. Nah kalau batik ini aku paling suka dengan Batik Gurda soalnya belum punya yang model gitu kak unik banget.

    ReplyDelete
  17. Wah serunya bisa ikut workshop seperti ini..
    Bisa mencoba membatik sendiri

    ReplyDelete
  18. Filosofinya sungguh dalam yaa..
    Dan salut bahwa filosofi ini tidaklah hilang dan masih terus dilestarikan.
    Ibuku memiliki beberapa motif batik tulis yang tidak boleh sembarang digunakan. Harus di event yang tepat, begitu kata beliau.

    ReplyDelete
  19. Ulasannya asik banget mbak. Saya juga suka membatik tulis, beberapa kali ikut workshopnya. Ya walaupun kainnya cuma selebar sapu tangan, tapi dah bangga bisa melestarikan budaya bangsa. Hehe .. btw, saya suka batik lawasan, yg motif jadul & warnanya memudar gitu. Hehe

    ReplyDelete
  20. Sebetulnya menyenangkan sekali membatik itu, apalagi memakai kain batik hehe.. sayang workshop tentang batik jarang ada. Dulu di CImahi ada rumah batik lengkap dengan pelajaran membatiknya ga tau kenapa cuman bertahan beberapa tahun mungkin peminatnya kurang ya...

    ReplyDelete
  21. Wah ternyata batik memang budaya indonesia tidak aja di daerah tertentu saja. Bahkan ada batik batak juga. Menarik

    ReplyDelete
  22. Batik sarat sekali dengan filosofi Budaya, ya Mbak. Dan saya baru tahu ternyata jenisnya juga macam-macam. Menarik sekali

    ReplyDelete

Post a Comment